Senin, 06 Mei 2024

Cerita Wayang Golek Live Jabang Tutuka

Cerita Wayang Golek Jabang Tutuka

Pemutaran kaset audio dengan tape Polytron BB 632K cerita / lakon wayang golek live judul Jabang Tutuka (Gatotkaca masih belia) Alm. H. Asep Sunandar Sunarya berdurasi sekitar 5 jam. Jumlah kaset pita kosong total adalah 6 buah (C60). Rekaman audio live panggung sekitar tahun 2006 di di Kec. Kalijati Kab. Subang Jawa Barat, dalam acara hajatan syukuran khitanan. Saat itu saya hanya berbekal kaset pita kosong sejumlah antara 6-8 buah, untuk tape recordnya sudah disediakan oleh operator sound system panggung rombongan Giri Harja 3. Kadang kita sendiri yang mengoperasikan peralatan soundnya itung2 ngebantu operator sound system.

Awal cerita Arya Bima merasa bingung dengan kelahiran anak bungsunya (setelah besar bernama Raden Gagot Kaca) yang tidak normal karena tali ari-arinya tidak bisa dipotong. Berbagai cara sudah ditempuh untuk memotong tali ari-ari (pusar) tersebut tapi tidak ada yang mampu untuk memotongnya. Dibantu oleh adiknya Adipati Arjuna berusaha mencari senjata-senjata pusaka yang bisa dan mampu memotong tali pusar bayi Jabang Tutuka (nama bayi Raden Gatot Kaca).

Sementara di Kahiyangan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh raja ular yaitu Prabu Naga Percona yang menginginkan salah satu Dewi Di Kahiyangan yaitu Bidadari Supraba. Batara Guru (pemimpin para dewa) tidak mengabulkannya dengan alasan bidadari adalah peruntukan manusia sebagai imbalan amal baiknya bukan untuk kaum atau makhluk selain manusia. Pernyataan itu disampaikan oleh duta sawarga yaitu Batara Narada.

Keputusan Batara Guru tersebut membuat Naga Percona marah dan mengutus anak buahnya untuk menyerang Kahiyangan. Hampir semua Dewa tidak ada yang mampu menghadapi kesaktian pasukan Naga Percona, hingga untuk sementara Dewa Batara Bayu diperintahkan untuk menghembuskan angin menyapu seluruh pasukan Naga Percona agar menjauh dari Kahiyangan.

Untuk mengatasi kericuhan ini Batara Guru berdo'a kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan jalan terbaik dan petunjuk. Datanglah petunjuk bahwa Naga Percona akan bisa dikalahkan oleh sorang bayi yang baru lahir yang bernama Jabang Tutuka. Setelah mendapatkan petunjuk ini Batara Guru mengetahui bahwa Arya Bima adalah ayah dari bayi tersebut yang sekarang sedang kebingungan mencari senjata untuk memotong tali pusar Jabang Tutuka.

Rapatpun digelar dihadiri oleh Batara Narada dan seluruh Dewa di Kahiyangan, awalnya para Dewa tidak percaya jika Naga Percona akan bisa dikalahkan oleh seorang bayi, tapi dengan keterangan yang diberikan oleh Batara Guru bahwa semua tidak ada yang tidak mungkin atas izin Yang Maha Kuasa. Selanjutnya Batara Guru memerintahkan Batara Narada untuk memberikan senjata Konta kepada Adipati Arjuna yang saat itu sedang mencari senjata untuk memotong tali pusar bayi Jabang Tutuka.

Di lain tempat Adipati Karna sedang melaksanakan tapa (semedi) untuk mendapatkan pengampunan karena telah melanggar aturan Gurunya (Sempani). Saat itu Sempani sedang membuat senjata untuk anak muridnya (Adipati Karna) dan dalam proses ini tidak boleh berbicara atau berkomunikasi. Datanglah Adipati Karna melihat gurunya yang sedang membuat senjata tersebut dan bertanya kepada gurunya "Guru sedang membuat senjata apa dan apa gunanya?" tanya Adipati Karna. Gurunya tidak menjawab pertanyaan Adipati Karna, karena sang guru beberapa kali ditanya tidak menjawab dia terus bertanya pantang menyerah. Hingga akhirnya hilang kesabaran Sempani dan menjawab dengan aral (nafsu) "Membuat senjata untuk menebas leher kamu!!". Dengan jawaban tersebut jangankan Adipati Karna, Sempani pun kaget dan merasa menyesal telah bicara seperti itu.

Untuk mengatasi kejadian yang mungkin akan menimpa atas omongan dirinya, Sempani memerintahkan Adipati Karna untuk semedi (bertapa) hingga mendapatkan petunjuk dari Dewa. Berangkatlah Adipati Karna untuk melaksanakan tapanya, semua yang diperintahkan gurunya dia turuti.

Hingga suatu saat turunlah Dewa Batara Narada untuk memberikan senjata Konta kepada Adipati Arjuna. Sebagai catatan rupa atau wajah Adipati Karna itu persis dengan Adipati Arjuna, ini dikarenakan mereka adalah saudara se-ibu yaitu dari Dewi Kunti Nalibrata. Batara Narada menyangka bahwa yang sedang bertapa tersebut adalah Arjuna untuk mendapatkan senjata pusaka.

Setelah dibangunkan dari bertapanya Adipati Karna langsung diberikan senjata Konta tanpa bertanya terlebih dahulu. Perasaan Adipati Karna senang walaupun ada kejanggalan dari perkataan Batara Narada yang menyangka dirinya Adipati Arjuna. Mengetahui hal ini Batara Narada kaget dan langsung meminta kembali senjata Konta yang telah diberikannya kepada Adipati Karna. Adipati Karna tidak mengembalikan Senjata Konta kepada Batara Narada, dengan alasan bukan salahnya.

Untuk mengatasi hal ini Batara Narada meminta pertolongan kepada Arjuna untuk mengambil senjata yang bisa memotong tali pusar Jabang Tutuka yang sekarang dipegang oleh Adipati Karna. Mengetahui hal tersebut Arjuna pun senang dan langsung berangkat untuk mengambil senjata Konta dari Adipati Karna.

Usaha Arjuna meminta atau bahkan meminjam senjata Konta dari Karna berbuah perkelahian, karena Adipati Karna sangat kuat pendiriannya untuk tidak memberikan atau meminjamkan senjata Konta kepada siapapun. Dari perkelahian itu Arjuna hanya berhasil mendapatkan bungkusnya saja sedangkan senjatanya dibawa kabur oleh Adipati Karna.

Atas saran dari Lurah Semar walaupun hanya bungkusnya mampu untuk memotong tali pusar bayi Jabang Tutuka. Maka perebutan dan perkelahianpun tidak dilanjutkan, Arjuna langsung membawa pembungkus senjata konta kepada kakaknya yaitu Arya Bima.
Betul saja setelah digunakan walau hanya bungkus tapi mampu memotong tali pusar Jabang Tutuka, hanya saja terbelit dan masuk ke dalam perut Jabang Tutuka.Dan inilah yang menjadi penyebab gugurnya Raden Gatot Kaca saat perang Bratayuda, gugurnya oleh senjata Konta milik Adipati Karna (Konta manjing Warangka).

Satu permintaan dari Batara Narada adalah jika tali pusar Jabang Tutuka sudah putus, bayi Jabang Tutuka akan dipinjam dan dibawa ke Kahiyangan untuk mengatasi kemelut pemberontakan Naga Percona. Semua merasa bingung karena menurut logika tidak mungkin raja ular sakti bisa dikalahkan oleh seorang manusia yang masih bayi.

Batara Narada memberikan jawaban bahwa ini adalah perintah Batara Guru sang penguasa 3 alam. Mendengar pernyataan tersebut akhirnya Jabang Tutuka dibawa ke Kahiyangan dan langsung dihadapkan kepada Naga Percona. Betul saja saat melihat bayi Naga Percona merasa iba dan menggendong bayi Jabang Tutuka, tak disangka bayi Jabang Tutuka menendang mata Naga Percona hingga pecah. Dengan kemarahan Naga Percona dia langsung menggigit kepala Jabang Tutuka hingga tewas.

Kegemparanpun terjadi di pihak Kahiyangan termasuk Adipati Arjuna yang saat itu ikut ke Kahiyangan untuk menyaksikan kejadian dan bertanggung jawab atas keselamatan Jabang Tutuka. Arjuna merasa sedih dengan kematian Jabang Tutuka dan langsung meminta pertanggungjawaban Batara Guru. Dengan tenang Batara Guru merespon permintaan Arjuna, Jabang Tutuka diproses untuk dijadikan manusia kuat dan sakti dengan digodok di Kawah Candradimuka.

Sekian lama jasad Jabang Tutuka digodok dalam kawah Candradimuka, hingga usai diangkat jasadnya dan disempurnakan dengan memasukan berbagai kesaktian kepada Jabang Tutuka termasuk salah satunya Jabang Tutuka bisa terbang. Selain kesaktian kepada jasad Jabang Tutuka dimasukan beberapa Dewa dan Dewi sebagai pembantu pendengaran dan kekuatan terbangnya yaitu Dewa Tapak Nenggala dan Dewi Bajingiring. Kini Jabang Tutuka menjadi manusia sakti yang tiada tanding dan siap bertempur untuk mengalahkan Naga Percona. Saat itulah Jabang Tutuka diberinama oleh para dewa dengan sebutan Gatot Kaca dan masih banyak lagi nama atau sebutan Raden Gatot Kaca. Naga Percona dan pasukannya selesai ditumpas oleh Raden Gatotkaca yang membuat alam Kahiyangan kembali kondusif seperti biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Via Facebook