Kamis, 06 Juli 2023

Globalisasi - Antara Kemajuan dan Kehancuran

Globalisasi
Antara kemajuan dan kehancuran


Ditinjau dari aspek tawarikh manusia, globalisasi telah bermula semenjak dahulu. Ini dapat dilihat dari pengkajian sejarah seni terutama seni tampak apabila unsur-unsur seni arca dalam sejarah seni Roman yang mendapat pengaruh seni arca Greek Purba. Catan Van Gogh banyak mendapat pengaruh cetakan kayu Ukiyo-E Jepun. Salah sebuah catan Picasso contohnya mendapat ilham dari arca-arca kayu Afrika. Malah komposer Impresionis, Debussy (sezaman dengan Impressionist Fine Artist; Degas, Renoir, Manet dan Monet) mendapat pengaruh musik Gamelan dalam sesetengah komposisi beliau. Demikian antara contoh kecil kesan globalisasi terhadap bidang kesenian.

Apabila berlakunya penjajahan maka globalisasi semakin menanjak. Ini bermakna sesebuah bangsa atau negara yang dijajah atau lemah akan ‘dimakan’ oleh sebuah bangsa atau negara yang kuat atau si penjajah. Ini akan mengikis unsur-unsur budaya, kesenian dan kepercayaan terutamanya dan akan menyebabkan jati diri sesebuah bangsa akan pupus.

Bangsa yang menjajah akan dipandang sebagai kuat, gagah dan lebih modern. Maka akan terjadi penjajahan mental secara tidak langsung. Bangsa yang terjajah sedikit demi sedikit akan mengikut segala aspek penghidupan bangsa yang menjajah.

Globalisasi semakin meluas setelah berlakunya pelbagai penemuan dalam bidang sains dan teknologi dan menemui kemuncaknya dalam Revolusi Industri yang telah memecahkan sistem totem dan taboo milik sesebuah bangsa. Dengan terciptanya mesin pencetak, maka wujud pula kuasa massa di pihak Barat.

Segala bentuk ilmu dari Barat dengan mudah dapat diedar kemana-mana sahaja. Contohnya jika sebelum Revolusi Industri seni musik hanya dimain dan dapat dinikmati di dewan-dewan atau istana pembesar dan hanya berlaku dalam kelompok golongan bangsawan dan kaya-raya maka setelah revolusi itu hanya dapat dinikmati dan dimainkan oleh orang ramai dirumah-rumah mereka sendiri apabila manuskrip musik dapat dicetak dan diedarkan dalam jumlah yang banyak.

Penjajahan fisik yang ada juga telah banyak memecahkan sistem totem dan taboo sesebuah bangsa. Kepercayaan-kepercayaan yang menjadi anutan sebuah bangsa telah dihapuskan oleh si penjajah dengan menerapkan keburukan dan kehodohan sebuah sistem milik masyarakat yang terjajah. Mereka juga membawa bersama kepercayaan, budaya dan pemikiran mereka yang kononnya lebih mutakhir dan maju. Secara tidak sadar telah berlaku globalisasi dari segi bahasa contohnya. Sehingga kini globalisasi bahasa semakin memuncak dengan kemunculan teknologi masal.

Tidak mustahil ia akan menelan bahasa lain yang tdak ada kekuatan untuk maju. Kuasa bangsa barat semakin berpengaruh sejak penciptaan radio, televisi dan kini dengan perkembangan teknologi maklumat. Seni yang tercipta di Amerika contohnya kini boleh didapati dimana-mana pelosok dunia. Dengan iklan melalui media massa seperti media cetak dan elektronik, globalisasi kesenian mulai berkembang.

Bangsa yang pernah terjajah yang hilang segala akar jatidiri mereka akan mudah terpengaruh dengan bentuk kuasa baru ini. Lebih malang kita mengambil segala ideologi ciptaan mereka dan disisipkan kedalam bentuk seni kita tanpa menyaring apa yang perlu.

Seni warisan sebuah bangsa dan peradaban yang tidak ada kekuatan untuk berkembang atau yang masih statik akan mula hilang ditelan oleh globalisasi. Kita harus ingat seni musik popular contohnya bukan hanya berkait dengan musik namun membawa bersamanya pemikiran, ideologi, budaya, kostum dan gaya atau stail berbahasa, berjalan, bercakap dan sebagainya.

Kelompok budaya baru ini tidak mustahil akan menelan akar budaya atau kejatidirian bangsa yang pernah terjajah. Dengan wujudnya iklan melalui media masa, globalisasi dalam kesenian dari barat akan menelan habis segala budaya dan akar pemikiran bangsa lain.

Dengan media masa, falsafah seni hiburan popular yang hanya menekankan ketidakpantasan sementara dan tipu muslihat tersembunyi, menjadi senjata paling berkesan untuk mempengaruhi sikap dan tindak-tanduk para remaja. Apa yang dapat dilihat dan didengar oleh para remaja akan memberi kesan kepada mereka walaupun hanya dalam waktu singkat.

Para remaja yang rata-ratanya tidak bisa menyaring atau tidak bisa membedakan antara aspek positif dan negatif akan mudah terpengaruh. Ini akan menyebabkan mereka memandang rendah akar budaya bangsa sendiri dan menganggapnya kolot serta ketinggalan zaman. Apa lagi untuk memperjuangkannya!.

Dalam seni rupa, arus gerakan modernisme, post-modernisme, pluralisme semakin berkembang pesat. Malangnya terdapat falsafah dan ideologi seni yang menghapuskan nilai agama dan sikap hidup positif. Ini menjadi semakin parah apabila timbul faham Art for the Art Sake atau Seni untuk Seni . Demi seni, semuanya boleh.

Menurut Drs.Sidi Gazalba, ia menyebabkan segala bentuk lukisan dan film porno boleh, ucapan-ucapan cabul boleh, cerita yang merangsang kejahatan boleh, asal untuk seni, asal semuanya itu diciptakan atas nama seni. Semuanya serba boleh.

Globalisasi sebenarnya memiliki nilai positif dan negatif. Aspek positifnya ialah wujudnya budaya ilmu yang menyeluruh, sistem rujukan yang bersepadu dan kemudahan mendapatkan idea yang berharga. Namun keburukannya tetap akan wujud seperti kepupusan sistem nilai dan pemikiran sesebuah bangsa jika kita tidak berhati-hati dalam menyaring sesebuah maklumat.

Kita seharusnya bijak dalam menangani isu globalisasi dan menggunakannya sebaik yang mungkin untuk kemajuan. Sudah tentulah aspek paling penting ialah ilmu. Ilmu adalah kekuatan dan seharusnya aktifis dan penseni melengkapi diri dengan ilmu yang sesuai dengan tuntutan zaman karena kita berkarya adalah mengikuti perkembangan zaman dan masyarakat yang kita duduki.

Pandangan seniman atau penggiat seni sewajarnya mewakili pandangan dan worldview masyarakat setempat dan seantero dunia. Namun bukanlah pula terlalu mengikuti kehendak dan pasaran antarabangsa. Ini akan menghilangkan daya kreativitas dalam berkarya. Akan wujud pula masalah lain seperti isu establisment dan ‘play-safe’ demi menjaga bakul nasi.

Sewajarnya penggiat seni mengambil bagian yang tepat dalam globalisasi untuk menyebarkan keindahan dan kemajuan dalam kesenian dan kebudayaan kita. Jika kita bertindak menentang arus atau tidak mau mengikuti perkembangan sains dan teknologi zaman dikhawatirkan segala unsur peradaban, kebudayaan dan kesenian bangsa akan lenyap ditelan oleh arus globalisasi. Kini adalah masa terbaik untuk seniman dan penggiat seni memikirkan langkah terbaik dalam menyebarkan jati jiwa kesenian kita yang berlandaskan kebudayaan dan kesenian lokal.

Penulis : Luca , 10 Maret 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Via Facebook